Apakah kebaikan itu? dan Apakah Keburukan itu?

Sebelum lebih lanjut kita memperbincangkan prihal baik dan buruk, marilah kita mengenali terlebih dahulu tentang apa sebenarnya kebaikan itu dan apa keburukan itu? Sebab pengertian tentang kebaikan dan keburukan masih rancu di benak kebanyakan orang.

Kebaikan ialah sesuatu yang mengantarkan anda ke suatu tujuan akhir yang tidak ada kesudahan lagi setelahnya. Manusia lahir ke dunia, lalu menjadi besar, lalu belajar dan mendapatkan Ijazah Sekolah Tingkat dasar (SD), lalu Ijazah Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP), lalu Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) Lalu studi di Universitas dan memperoleh Ijazah Bakalureat (SI), lalu mendapatkan gelar Magister (S2), lalu gelar Doktor (S3), setelah itu ia mengabdikan umurnya dan berkiprah dalam kehidupan dunia, lalu setelah itu ia tinggalkan dunia ini, kemudian ia dibangkitkan dari kuburnya, jikalau la seorang yang saleh masuklah ia ke dalam surga. Itulah kenikmatan yang kekal abadi, yang tidak ada kesudahan lagi setelahnya, yakni setelah ia masuk ke dalam surga berarti ia telah berada dipuncak dari segala pencapaian.

Jadi, tujuan yang hendak dicapai dalam hidup ini ialah sampai kepada kenikmatan surgawi. Tujuan ini tidak mungkin dapat diwujudkan kecuali apabila kehendak anda singkron dengan kehendak Allah, ketika itulah anda telah mencapai kebaikan yang sejati, tidak ada lagi kebaikan di luar itu.

Sedangkan keburukan menurut tradisi kita ialah semua peristiwa yang bertabrakan dengan apa yang menjadi keinginan hati manusia. Maka setiap sesuatu yang anda inginkan atau anda cari, lalu tidak terwujud atau tidak berhasil, anda menganggapnya suatu keburukan, karena dari semula anda menginginkan terwujudnya apa yang anda harapkan itu, tetapi anda terhalang dari padanya.

Jika anda seorang pengusaha misalnya, dan anda telah melangsungkan suatu transaksi dengan pertimbangan bahwa anda akan memperoleh suatu keuntungan besar, tiba-tiba harga mengalami perubahan, sehingga yang seharusnya beruntung, anda menderita kerugian. Dalam kondisi seperti Itu anda beranggapan bahwa apa yang terjadi pada diri anda merupakan suatu keburukan.

Jika anda menginginkan suatu pekerjaan lalu anda tidak berhasil mendapatkannya, tentu anda menganggapnya suatu keburukan. Jika anda berjuang untuk mendapatkan suatu jabatan atau pangkat atau kekuasaan, lalu apa yang anda maksudkan itu tidak terwujud, anda menganggapnya suatu keburukan.

Ini semua menunjukkan bahwa pengertian ke­burukan menurut tradisi manusia adalah sesuatu yang bertabrakan dengan keinginan, cita-cita dan kemauan mereka, terlepas dari apakah sesuatu yang mereka inginkan itu sejalan dengan ketentuan Tuhan ataukah berlawanan. Manusia pada umumnya ketika ingin mewujudkan suatu tujuan, sepantasnyalah ia mencurahkan segala upaya untuk mencapainya.

Seorang murid yang bertujuan lulus dalam ujian misalnya, ia berangkat ke sekolah setiap hari, dan tidak tidur malam demi mempelajari pelajaran-pelajarannya serta bersabar menahan diri dari sekedarbersenang-senangbegadangbersama teman-temannya atau menyaksikan acara kesayangannya di Televisi, atau ikut serta bersama keluarga dalam kegiatan-kegiatan sosial, la mengurung dirinya dalam kamar tertutup untuk menekuni pelajaran-pelajarannya, dan tidak tidur kecuali sedikit hingga ia dapat mencapai tujuannya.

Pengalaman manusia menunjukkan bahwa orang yang selalu menuruti setiap keinginannya, tidaklah bisa mewujudkan kebaikan dalam hidupnya. Mengapa demikian? Sebab, untuk bisa mencapai suatu kebaikan, seseorang dituntut melakukan suatu tindakan nyata dan bersedia merasakan penderitaan serta rela berkorban.

Seorang murid yang menghabiskan seluruh waktunya untuk bermain, dan menuruti setiap apa yang menjadi keinginannya serta bersenang-senang setiap saat dalam senda gurau dan berseloroh, sesungguhnya ia berhasil meraih kesenangan sesaat untuk dirinya sendiri, tetapi ia gagal total mencapai suatu tujuan. Karena itulah, ia hidup tanpa masa depan, hidup yang tidak membahagiakan dirinya. Seperti itu pula halnya dengan segala yang ada di dunia ini.

Seorang pedagang yang tidak pandai mencarai barang dagangan yang bermutu dengan harga jual yang pantas bagi para pembeli, dan ia tidak memiliki sifat kejujuran dan amanat, pastilah mengalami kebangkrutan dan tidak mendapatkan sedikitpun apa yang diinginkannya.

Al Khoir wa Syar karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Latest
Previous
Next Post »