Bahaya Cinta Dunia dan Fitnahnya

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:

 حب الدنيا راس كل خطيئة
Artinya: “Cinta pada dunia adalah sumber dari segala kesalahan.”

Jika cinta kepada dunia adalah sumber dari segala kesalahan, sumber segala bencana, pangkal segala kehancuran, dan sumber berbagai macam fitnah dan malapetaka, artinya, ia adalah bahaya yang telah mewabah di zaman ini, sangat besar bahaya dan akibatnya bahkan telah merata di berbagai kalangan baik atas maupun bawah. Manusia pun saling memamerkannya tanpa rasa malu seakan-akan ia tidak memiliki cacat maupun kekurangan di dalamnya, karena dunia telah menguasai hati mereka dan menimbulkan sifat tamak untuk memakmurkan dunia serta mengumpulkan harta bendanya. Sehingga mereka datang silih berganti dengan jebakan mereka untuk memburu hal-hal yang syubhat dan haram, mereka beranggapan seakan-akan Allah SWT mewajibkan bagi mereka untuk memakmurkan dunia sebagaimana Allah SWT mewajibkan shalat dan puasa.

Oleh karena itu, hilanglah kebesaran agama, sirnalah cahaya keyakinan, telah membisu lisan-lisan para penceramah, tertutuplah jalan kebenaran dan terbukalah jalan kebatilan, demi Allah SWT, ini merupakan suatu fitnah yang buta, tuli, gelap gulita, yang menyebabkan doa-doa tidak terkabul, tidak dihiraukan orang yang menyeru kejalan kebaikan, sungguh benar apa yang dikatakan Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, beliau bersabda:

لكل أمة فتنة وفتنة أمتي المال , ولكل أمة عجل وعجل أمتي الدينار والدرهام
Artinya: “Setiap umat memiliki fitnah sendiri, dan fitnah bagi umatku adalah harta, dan setiap umat memiliki anak sapi dan anak sapinya umatku adalah dinar dan dirham.”

Artinya (Allah SWT lebih mengetahui akan maknanya): bahwa setiap umat memiliki sesuatu yang dapat menyibukkan mereka dari beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana Bani Israil yang sibuk menyembah patung anak sapi yang terbuai dari emas (sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran) daripada me-nyembah Allah SWT.

Tingkatan-tingkatan Dunia

Dunia terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: dunia yang terdapat didalamnya pahala, dunia yang terdapat didalamnya hisab (perhitungan) dan yang ketiga, dunia yang terdapat didalamnya siksaan.

Adapun yang didalamnya terdapat pahala: yaitu yang dapat membawa seseorang kepada perbuatan baik, dan yang dapat menyelamatkan seseorang dari perbuatan buruk, dunia semacam ini adalah merupakan kendaraan seorang mukmin, dan merupakan tempat menanam bekal untuk akhirat, inilah yang dikatakan sebagai sesuatu yang cukup dari barang halal.

Adapun yang didalamnya ada hisab (perhitungan) yaitu yang tidak menyibukkan dirimu dari menjalankan kewajiban, dan tidak menyebabkan dirimu terjerumus dalam kemaksiatan ketika mencarinya. Inilah dunia yang didalamnya ada perhitungan yang panjang sekali, para pemiliknya adalah orang-orang kaya yang akan didahului oleh para fakir miskin dengan jarak setengah hari (menurut hari di akhirat) atau lima ratus tahun (menurut tahun di dunia) ketika kelak akan memasuki surga.

Adapun yang didalamnya ada siksaan : adalah yang dapat menghalangi seseorang dari menjalankan perbuatan taat dan menjerumuskannya dalam kemaksiatan, ia merupakan bekal bagi pemiliknya menuju neraka dan bagaikan tangga yang akan mengantarnya ke neraka. Hal itu disebutkan oleh sebuah riwayat:

“Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan dunia masuk kedalam neraka, maka ia (dunia) berkata: “Wahai Tuhanku, dimanakah para pecintaku dan pengikutku?” Maka Allah SWT berkata: “Ikutkan juga para pecintanya dan pengikutnya, sehingga mereka diikutkan dengannya.

Ketahuilah bahwa para pencari dunia terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : ada yang mencarinya dengan niat untuk menyambung tali kekerabatan dan dapat membantu orang-orang yang miskin, maka orang ini tergolong orang-orang yang dermawan, ia akan memperoleh pahala jika perbuatannya sesuai dengan niatnya, tetapi ia tidak memiliki kebijaksanaan, karena orang yang bijaksana tidak mencari sesuatu yang tidak ia ketahui apa yang terjadi setelah ia mendapatkannya, maka orang yang demikian hendaknya ia mengambil pelajaran dari kisah Tsa’labah yang Allah SWT sebutkan dalam firman-Nya

ومنهم من عاهد الله لئن اتانا من فضله لنصدقن
Artinya: “Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah.” (Qs. At-Taubah: 75)

Betapa banyak orang yang mencari dunia niatnya hanyalah untuk memuaskan syahwatnya, atau hanya untuk bersenang-senang, maka orang yang semacam ini dimasukkan dalam golongan hewan ternak, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya:

أم تحسب أن أكثرهم يسمعون أو يعقلون إن هم إلا كاالأنعام بل هم أضل سبيلا.
Artinya: “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tak lain.hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesal jalannya (dari binatang ternak itu).”   (Qs. Al-Furqaan: 44)

Dan betapa banyak juga orang yang mencari dunia dengan tujuan untuk berbangga-bangga dan memamerkannya, maka ia tergolong sebagai orang yang bodoh dan tertipu bahkan termasuk orang yang celaka. Aliah SWT berfirman:

قد علم كل أناس مشربهم كلوا واشربوا
Artinya: “Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).”  (Qs. Al-Baqarah: 60)

وربك يعلم ما تكن صدورهم وما يعلنون
Artinya: “Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.”       (Qs. Al-Qashash: 69)

Maka, nasihatilah dirimu wahai saudaraku, janganlah engkau menipunya, hingga engkau mengakui sesuatu yang bukan menjadi niatmu, jika demikian berarti engkau telah mengumpulkan antara kerugian dan kepalsuan, hingga engkau merugi di dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman:

 ألا ذلك هو الخسران المبين
Artinya: “Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”   (Qs. Az-Zumar: 15)

[Menuju Akhirat Dengan bekal Taqwa Bagian 12]

Risalatul Mudzakarah Maal Ikhwanul Muhibbin Min Ahli Khair Wad-Din Karya al-Alamah al-Habib Abdullah bin Alwi al Haddad

Previous
Next Post »