Engkau berkata, “Iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in (Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan),” sedangkan hatimu sibuk dengan Zaid, Umar, dan lain-lain. Sibuk untuk mendapatkan kedudukan di hati makhluk-Nya. Ibadahmu kepada Allah engkau peruntukkan kepada makhluk-Nya.
Apa yang mungkin makhluk berikan kepadamu? Dapatkah mereka memberikan sesuatu kepadamu? Dapatkah mereka memberi manfaat kepadamu atau madharat terhadap dirimu? Jika manusia seluruhnya bersujud kepadamu – sekalipun hal itu dilarang – apakah dapat menambahkan sesuatu bagimu? Apakah mereka dapat menambahkan ketinggian derajatmu?
Dalam prasangkanya, ya!! Ia menganggap memiliki kedudukan di sisi manusia. Tetapi itu semata prasangka. Akan tetapi, pada hakikatnya apakah mereka dapat menambahkan sesuatu bagimu?
Demi Allah, tidak!! Mereka sekali-kali tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula madharat terhadapmu. Engkau, apabila berdiri di hadapan Allah SWT di hari Kiamat nanti, akan berdiri seorang diri tanpa seorang pun mendampingimu.
Saat segala amal perbuatanmu dihadapkan kepada Allah SWT, shalat yang engkau kerjakan, puasa yang engkau lakukan, tilawah yang engkau tunaikan, sedekah yang engkau keluarkan, dan kebajikan yang engkau perbuat, saat itu akan tampak dengan jelas kadarmu sesungguhnya di hadapan Yang Maha tiada Tersembunyi bagi-Nya segala yang tersembunyi, Yang Maha Mengetahui segala yang rahasia dan yang nyata.
Apabila Dia bertanya, “Wahai, hamba-Ku, apa yang engkau kerjakan?”, beranikah engkau berbohong kepada-Nya, “Aku menunaikan shalat karena Engkau, ya Allah,” padahal Dia Maha Mengetahui bahwa, di saat shalat, engkau sibuk dengan mencari pandangan Fulan, Fulan, dan Fulan terhadapmu, bahwa, di saat melakukan haji dan umrah, engkau sibuk memikirkan fasilitas dari si Fulan atau hubungan dengan si Fulan, bahwa, di saat mengerjakan kebajikan, engkau sibukkan pikiranmu dengan si Fulan dan si Fulan???
Dalam masalah ini ada satu hadits yang menakutkan diriku dan juga orang-orang sebelum kita. Dalam al-Mustadrak, diriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang akan diputuskan perkaranya pada hari Kiamat adalah seorang yang mati syahid. Orang itu dibawa ke hadapan Allah dan Dia memberitahukan karunia-karunia-Nya dan dia pun memberitahukan kepada Allah nikmat-nikmat yang didapatkannya selama di dunia. Allah SWT berfirman, “Apakah yang engkau lakukan dengan karunia itu?”
Ia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku gugur.”
Allah berfirman, “Engkau telah dusta. Engkau berperang agar dipuji oleh orang lain, ‘Ia pemberani.’ Dan sungguh itu sudah dikatakan orang.”
Nabi SAW bersabda, “Lalu malaikat diperintahkan untuk membawa orang tersebut dalam keadaan wajahnya tersungkur hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
Kemudian orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya dan ia gemar membaca Al-Qur’an. Orang itu dibawa ke hadapan Allah dan Dia memberitahukan karunia-karunia-Nya dan dia pun memberitahukan kepada Allah nikmat-nikmat yang didapatkannya selama di dunia. Allah SWT berfirman, “Apakah yang engkau lakukan dengan karunia itu?”
Orang itu menjawab, “Aku belajar ilmu di jalan-Mu dan mengajarkannya dan aku pun gemar membaca Al-Qur’an karena-Mu.”
Allah SWT berfirman, “Engkau telah dusta. Engkau belajar ilmu agar dipuji orang, ‘Ia orang alim.’ Dan engkau gemar membaca Al-Qur’an agar dipuji orang, ‘Ia qari.’ Dan orang sudah memuji itu.”
Lalu malaikat diperintahkan untuk membawa orang tersebut dalam keadaan wajahnya tersungkur hingga dilemparkan ke dalam neraka.
Kemudian seorang yang Allah beri kelapangan dan dikaruniai berbagai macam harta benda. Orang itu dibawa ke hadapan Allah dan Dia memberitahukan karunia-karunia-Nya dan dia pun memberitahukan kepada Allah nikmat-nikmat yang didapatkannya selama di dunia. Allah SWT berfirman, “Apakah yang engkau lakukan dengan karunia itu?”
Orang itu menjawab, “Tidaklah sesuatu pun yang aku ketahui Engkau menyukai bila aku berinfak padanya, maka aku infakkan hartaku padanya.”
Allah SWT berfirman, “Engkau telah berdusta. Engkau melakukan itu agar dipuji orang, ‘Ia seorang yang teramat dermawan.’ Dan orang sudah memuji itu.”
Lalu malaikat diperintahkan untuk membawa orang tersebut dalam keadaan wajahnya tersungkur hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
Orang pertama yang akan berdiri di hadapan Allah SAW untuk kemudian dilemparkan ke dalam neraka adalah seorang alim yang berilmu!!!
Perhatikanlah! Orang yang pertama kali masuk ke dalam neraka adalah orang yang berilmu, sebelum iblis, Fir‘aun, dan Haman. Seorang muslim yang berilmu dihadapkan di hadapan Allah SAW dan Dia bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau kerjakan, wahai hamba-Ku?”
Orang alim itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku menuntut ilmu karena-Mu.”
Allah berfirman, “Engkau berdusta. Engkau menuntut ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim dan engkau mengajar supaya disebut-sebut sebagai mu`allim (guru) dan engkau sudah disebut seperti itu.”
Allah pun berfirman kepada para malaikat, “Bawalah orang ini ke neraka.” Dan ia pun dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tersungkur.
Kemudian dihadapkan lagi ahli sedekah dan Allah SWT bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau kerjakan?”
Orang itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku banyak berinfak di jalan-Mu dan berbuat berbagai kebajikan karena-Mu.”
Allah SWT berfirman, “Engkau berdusta. Sesungguhnya engkau bersedekah agar disebut-sebut sebagai orang yang dermawan, pemurah, dan ahli sedekah, dan orang sudah menyebut-nyebut itu.”
Allah pun berfirman kepada para malaikat, “Bawalah orang ini ke neraka.”
Setelah itu dihadapkan lagi seorang yang berperang di tengah-tengah dua pasukan yang saling bertempur. Dia seorang muslim dan gugur dalam jihad, lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau kerjakan?”
Orang itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku berperang karena-Mu dan aku gugur di jalan-Mu.”
Allah SWT berfirman, “Engkau berdusta. Sesungguhnya engkau berperang agar disebut-sebut sebagai pemberani dan engkau rela mati di medan perang agar disebut-sebut sebagai syahid dan orang-orang sudah menyebut-nyebut itu.”
Allah pun berfirman kepada para malaikat, “Bawalah orang ini ke neraka.” Dan ia pun dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tersungkur.
Hadits ini telah meluluhlantahkkan segenap pembaringan para shalihin karena hadits ini menjelaskan bagaimana manusia akan menyaksikan hakikat perbuatan dirinya yang sesungguhnya di hadapan Allah SWT.
Allah SWT tidak sedikit pun menghilangkan iman orang-orang yang beriman dan amal orang-orang yang beramal, akan tetapi Allah SAW tidak menerima bila didustakan. Dia tidak menerima bila hamba-hamba-Nya beribadah kepada-Nya dengan kebohongan dan penipuan. Engkau berkata, “Iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in (Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan),” sedangkan hatimu sibuk dengan orang-orang di sekitarmu. Sibuk untuk mendapatkan kedudukan di hati makhluk-Nya. Ibadahmu kepada Allah engkau peruntukkan kepada makhluk-Nya.