Logis dan Objektif dalam Mempelajari Sirah Rasulullah S.a.w

Logika yang sehat mengharuskan kita untuk mempelajari seluruh aspek kehidupan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, mulai dari kelahiran, akhlaq, kehidupan rumah tangga, kesabaran, perjuangan perdamaian yang dilakukan, peperangan yang dipimpin, sikap terhadap sahabat-sahabatnya, perlakuannya terhadap musuh, serta kedudukannya di hadapan gemerlap dan pesona kehidupan dunia. Untuk meraih kebenaran dan kecermatan, pergunakanlah teknik penelitian objektif yang dibangun di atas metode ilmiah yang menuntut diterapkannya prinsip prinsip penentuan riwayat, sanad, syarat kesahihan, dan sebagainya.

Menurut hemat penulis, logikalah yang menuntut kita untuk mempelajari semua itu, didasari semangat menjadikannya sebagai tangga untuk mencapai puncak dari sirah yang kita pelajari, yaitu meyakini kebenaran misi kenabian yang diemban Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. dan mengetahui kebenaran wahyu yang diturunkan kepadanya Bahkan, sekalipun penelitian itu dilakukan dengan latar belakang tema atau tendensi fanatisme tertentu, kita tetap akan menemukan bahwa pribadi  Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. tidak pernah mereka- reka sepotong hukum atau syariat pun untuk umatnya Sesungguhnya, Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam .adalah pribadi yang amat tepercaya untuk menyampaikan risalah itu kepada kita sebagai perintah langsung dari hadirat Allah, Tuhan Semesta Alam. Sesampainya di puncak inilah, kita pasti akan menyadari keagungan tanggung jawab menjaga dan menegakkan syariat dan hukum yang harus kita emban.

Sementara itu, mereka yang mengungkung diri dengan mempelajari sirah pada aspek kemanusiaan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam saja dan menyampingkan fakta tentang sosok yang ditampilkan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. sebenarnya di hadapan umat manusia pastilah mereka memperosokkan diri ke dalam lubang gelap tertutup yang tak ada satu pun jalan keluarnya.

Orang-orang seperti itu pasti terhenyak menyaksikan penaklukan umat Islam yang berhasil membebaskan manusia dari kebiasaan memangsa satu sama lain, seperti ketika mereka berada di bawah peradaban Persia dan penindasan Romawi.

Orang-orang seperti itu pasti terhenyak menyaksikan hukum Islam yang dipraktikkan di Semenanjung Arab sebelum muncul peradaban yang lain. Sebuah aturan syariat yang sempurna dan berlaku di seluruh penjuru Semenanjung Arab, padahal saat itu Arab masih bisa dibilang belia untuk mencapai pengetahuan,kebudayaan, dan kehidupan sosial-masyarakat yang kukuh. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bukankah para pakar sosiologi meyakini bahwa sebuah hukum dan aturan yang mapan baru bisa muncul di tengah masyarakat yang telah matang secara kebudayaan dan peradaban?

Sungguh lubang yang benar-benar tertutup. Siapa pun berani menafikan kenabian Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, pasti tidak akan pernah menemukan pemecahan masalah ini secara benar. Berapa banyak peneliti dan pakar yang terus terombang-ambing ke kanan dan ke kiri untuk berusaha keluar dari kebingungan mereka sendiri? Ternyata, semua usaha mereka berakhir sia sia.

Sebenarnya, jalan keluar dari kebingungan ini amatlah jelas dan terang. Caranya, bersikap logis dan objektif dalam mempelajari sirah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Dalam arti kata, meletakkan sosok Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pada posisi sebagaimana yang beliau perkenalkan ke pentas dunia, sembari meneliti seluruh seluk-beluk kehidupan Beliau sebagaimana telah kami katakan sebelumnya.

Ketika studi ini berhasil mengantarkan kita pada keyakinan akan kebenaran risalah Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. dari hadirat Allah Swt., fakta kenabian Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam pasti akan membebaskan kita dari kebingungan sebab kita pun telah mengetahui rahasia di balik kenabian Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Seseorang yang mengemban misi kenabian dari Allah pasti akan ditolong oleh-Nya. Begitulah dengan Al-Qur’an, wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. sebagai hukum yang sempurna dan syariat-Nya. Sebuah ketetapan hukum yang sama sekali bukan rekaan manusia sehingga membuat banyak orang takjub.

Allah Swt. berfirman kepada orang–orang yang beriman padanya,

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman„’ (QS Ali ‘Imran [3].. 139).

“Dan, Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),” (QS Al-Qashash [28]: 5).

( Ingatlah ), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, `Sesungguhnya Aku akan mendatangkan baIa bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.’ Dan, Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan, kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana,” (QS Al-Anfal [8]: 9- 10).

Sekarang awan hitam yang bergantung itu telah tersapu angin Segala gelap telah sirna bergantikan cahaya terang. Segala sesuatu telah kembali berjalan sebagaimana mestinya. Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Perkasa menolong hamba-hamba-Nya yang beriman dan berpegang teguh pada aturan-Nya dengan kemenangan yang Dia janjikan bagi siapa pun yang dikehendaki.

[Fiqih Sirah Bagian 9]

Fiqih Sirah Karya As-Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

Previous
Next Post »