Kitab Hidayah Al-Adzkiya’ - Penutup

Tak terasa kita kini sampai pada penghujung kitab Hidayah Al-Adzkiya’ sekaligus mengakhiri bahasan-bahasannya. Meskipun penutup, bagian ini pun mengandung hal-hal yang pen­ting untuk kita pahami, termasuk penje­lasan lebih terperinci yang diberikan oleh pensyarah.

Marilah kita cermati akhir pembahasan pengarang dan pensyarah ini. Semoga kita mendapatkan manfaat dan keberkahan dari semua yang di­jelaskan sejak awal hingga akhirnya.

Pengarang mengatakan:
Semua ini adalah hal yang telah diwasiatkan oleh para syaikh yang sempurna. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk itu seraya memberikan keutamaan. Dan segala puji bagi Dzat Yang Maha­ Kekal dan Maha Penyayang. Dengan mengharap limpahkan rah­mat yang tertinggi atas Rasulullah se­kaligus mengucapkan hawqalah.

Penjelasan Pengasuh
Makna Al-Baqi (Maha Kekal) adalah Dzat Yang abadi keberadaan-Nya, Yang tidak akan binasa dan tidak pernah tidak ada. Maka tidak terpotong keberadaan-Nya dan tidak terputus kekekalan-Nya. Barang siapa mengerti bahwa Allah Ta‘ala adalah Dzat Yang Maha Kekal, nis­caya ia tidak akan mempedulikan sesuatu pun selain-Nya dalam semua urusannya se­luruhnya, dan ia tidak beralih dari me­matu­hi-Nya, bahkan akan tetap dalam ketaatan.

Makna Ar-Rauf (Dzat Yang Maha Pengasih) adalah Dzat Yang Maha Me­nyayangi (Merahmati). Maka siapa saja yang mengetahui bahwa Allah Ta‘ala ada­lah Dzat Yang Maha Menyayangi, niscaya ia tidak akan putus asa dari rahmat-Nya serta akan belas kasih dan menyayangi se­sama hamba Allah, sebagaimana keterangan dari Syaikh Asy-Syanwani.

Pengarang menuntaskan kitabnya dengan doa, karena sesungguhnya doa sesuai ditempatkan di akhir-akhir, dan dengan pujian kepada Allah, karena mengikuti penghuni surga, sebagaimana Allah telah memberitakan hal itu dalam firman-Nya yang artinya, “Dan penutup doa mereka ialah Alhamdulillahi Rabbil `Alamin.” (QS Yunus: 10).

Juga dengan shalawat kepada Nabi SAW, sebagaimana beliau memulai pe­nulisan kitab ini, sebab beliau berharap se­suatu yang terdapat di antara dua ucap­an shalawat (di awal dan akhir kitab ini) akan diterima, karena shalawat tetap di­terima meski diucapkan oleh orang yang lalai.

Sebagaimana keterangan Syaikh Asy-Syadzili, “Aku melihat Rasulullah SAW dalam tidur, lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, rahmat Allah Azza wa Jalla sepuluh kali bagi orang yang bershalawat kepadamu sekali, apakah itu bagi orang yang hadir hatinya (sadar dan khu­syu’)?’

Beliau menjawab, ‘Tidak, bahkan itu berlaku atas setiap orang yang bersha­lawat ke­padaku meski dalam kondisi lalai, dan Allah akan mengaru­niai kepadanya malaikat-ma­lai­kat sebesar gunung-gunung yang se­lalu berdoa untuknya dan memo­honkan am­punan baginya. Adapun apa­bila ia meng­hadirkan hati dalam bershalawat, hanya Allah Azza wa Jalla yang menge­tahui ganjaran shalawat itu.”

Pengarang berpijak pada sabda Nabi SAW, “Tidaklah sekelompok orang yang duduk dalam satu majelis yang mereka ti­dak berdzikir kepada Allah Ta`ala di ma­jelis itu dan mereka tidak bershalawat ke­pada Nabi-Nya melainkan pasti mereka ada pengurangan, yakni kekurangan (da­lam hal rahmat Alah SWT) di hari Kiamat. Jika Allah mau menyiksa, Dia akan me­nyiksa mereka; dan jika Allah mau meng­ampuni, Dia akan mengampuni mereka.”

Pengarang juga menuntaskan kitab­nya dengan kalimat hawqalah (ucapan La hawla wala quwwata illah billah) karena melepaskan diri dari daya dan kekuatan dirinya dengan meluruskan keikhlas­an­nya. Sebagaimana dikatakan, “Sahkan amal­mu dengan ikhlas dan sahkan ikh­lasmu dengan membebaskan diri dari  daya upaya dan kekuatan dirimu (merasa mampu dengan kekuatan diri sendiri).”

Ini adalah akhir dari apa yang Allah mudahkan untuk menyusun bait-bait ini. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, dan ke­pada ke­luarga junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, sebagaimana Allah telah merah­mati dan memberikan kesejahteraan ke­pada jun­jungan kita, Nabi Ibrahim AS. Dan semoga Allah mem­beri keberkahan ke­pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, dan ke­pada keluarga junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai­mana Allah telah memberi keberkahan kepada jun­jungan kita, Nabi Ibrahim AS. Sungguh Allah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. Dan kesejahteraan semoga diberikan kepada para rasul. Dan segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.

Pengarang syarah kitab ini (Syaikh Nawawi Al-Bantani) berkata, “Penulisan kitab syarah ini dimulai pada tanggal 27 Rabi`ul-Akhir 1293 H (22 Mei 1876) dan selesai pada  tanggal 13 Jumadil Ula tahun 1293 H (6 Juni 1876).”

Kitab Hidayah Al-Adzkiya’ - Karya Syaikh Zainuddin Al-Malibari
Diasuh oleh K.H. Saifuddin Amsir
Previous
Next Post »