Ketentuhan Hukum Tuhan Turun Bersama Adam

Somasi hukum yang diajukan oleh Qabil dan Habil kepada Allah dalam menyelesaikan kasus yang mereka hadapi adalah sebagai bukti bahwa mereka telah mengetahui adanya Allah SWT Sang Pencipta alam raya ini. Upaya mereka dalam berhakim kepada Allah melalui pengorbanan yang mereka persembahkan juga suatu bukti bahwa mereka telah mengenal adanya ketentuan hukum. Bagaimana mereka mendekatkan diri kepada Allah ? Mereka tahu bahwa untuk bisa dekat kepada Allah haruslah mereka melakukan suatu tindakan tertentu, sebagaimana untuk mendatangkan kemarahan-Nya dengan tindakan tertentu pula. Hal itu dimaksudkan agar kita tahu bahwa Allah SWT tidak meninggalkan manusia sekejap-pun tanpa aturan, dan aturan itu sebenarnya telah diturunkan bersama Adam Alaihis-salam ke bumi.

Allah SWT menerima qurban Habil dan menolak qurban Qabil. Konon hal itu disebabkan Habil mempersembahkan sebaik-baik apa yang dimilikinya, sementara Qabil mempersembahkan seburuk-bu-ruk apa yang dimilikinya. Allah adalah baik, tidak menerima kecuali yang baik. Ada yang mengatakan bahwa diterimanya qurban Habil itu dikarenakan dia rela dengan ketentuan Allah dan keputusan-Nya untuk mengawini wanita dari kembaran kandungan yang pertama yang lahir bersama Oabil, sedangkan Qabil membangkang untuk tunduk kepada ketentuan hukum Allah dengan memaksakan diri untuk me­ngawini saudarinya tunggal kandungan.

Apapun alasannya, yang terpenting bagi kita adalah apa yang disebut dalam Al-Quran bahwa Allah SWT menerima qurban dari Habil dan menolak qurban yang diajukan Oabil. Seharusnya Qabil dalam kondisi demikian mau menghormati keputusan dari Tuhan itu dengan meminta ampun kepada-Nya dan berusaha memperbaiki diri, tetapi dia tidak berusaha melakukannya, bahkan semakin meningkat emosinya dengan mengatakan kepada saudaranya Habil, “Akan aku bunuh engkau”. Habil menjawab bahwa dirinya tidak berbuat kesalahan dalam peristiwa yang terjadi itu. Allah tidak menerima qurban dari Oabil, karena Allah hanya menerima amal orang-orang yang bertakwa saja.

Di sini kita perlu renungkan sekali lagi: Siapakah yang memberitahukan kepada Habil bahwa Allah hanya menerima amal orang-orang yang bertakwa saja ? Pastilah ada aturan yang dimengerti oleh Habil bahwa Allah tidak menerima amal orang-orang yang membangkang dan orang-orang yang kafir. Dia hanya menerima amal dari orang-orang yang bertakwa kepada-Nya saja.

Ceritanya terus bergulir, untuk mengingatkan kepada kita bahwa akhirnya Qabil tega membunuh saudaranya sendiri Habil. Dalam konteks ini Allah SWT berfirman:

فطوَعت له نفسه قتل اخيه فقتله فأصبح من الخاسرين

(Maka hawa nafsu Qabil menjodikannya meng anggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhlah dia, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi) QsAI-Maidah:30

Ada riwayat mengatakan bahwa pembunuhan­nya dilakukan dengan menggunakan besi, ada pula yang mengatakan dengan batu. Apapun cara yang dipakai, tidaklah penting bagi kita. Yang terpenting bahwa apa yang terjadi itu merupakan kejahatan pembunuhan pertama kali pada umat manusia secara keseluruhan, dan pelanggaran yang pertama kali terhadap ketentuan hukum Allah di muka bumi serta pembangkangan yang pertama kali terhadap perintah Allah yang sah di alam raya ini.

Al Khoir wa Syar Karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
Previous
Next Post »