Mewaspadai 'Metode Sesat' Penulisan Sirah Nabi

Buku Hayat Muhammad yang ditulis Husen Haikal adalah contoh paling konkret tentang penulisan sirah Nabi dengan cara sesat seperti ini. Dengan bangga, Husen Haikal berkata, “Saya tidak akan menggunakan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab sirah dan hadits karena saya lebih memilih untuk melakukan penelitian ini berdasarkan metode Ilmiah.”

Contoh lain penulisan sirah dengan “metode modern” ini terdapat dalam beberapa artikel yang dirilis oleh mendiang Muhammad Farid Wajdi dalam jurnal Nor AI-Islam dengan judul AI-Sirah Al-Muhammadiyyah tahta adh-Dhau’al-‘ilm  wa Al-Falsafah. Di dalam artikel tersebut terdapat kalimat yang berbunyi, “Para pembaca rupanya dapat memaklumi bahwa dalam penulisan sirah ini, kami tidak akan menganggap suatu kejadian luar biasa sebagai mukjizat selama kejadian itu masih bisa dianggap sebagai sesuatu yang biasa meskipun sedikit rumit.”

Contoh lain, tulisan beberapa orientalis tentang kehidupan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Semua tulisan sejarah yang mereka buat didasarkan pada aliran individualis, sebagaimana telah kami terangkan sebelumnya.

Anda mungkin sering kali mendapati bahwa mereka memuji kepribadian Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Mereka mengacungkan jempol atas keagungan dan karakter beliau yang luhur. Akan tetapi, semua itu dimunculkan tanpa mengingatkan para pembaca akan peran kenabian atau wahyu di dalam kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Mereka juga sama sekali tidak memperhatikan sanad dan riwayat yang sebenarnya cukup vital untuk meyakini sebuah peristiwa benar-benar terjadi.

Begitulah para gembong aliran baru ini terus menerapkan metodologi aliran individualis dalam penulisan sejarah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Sebuah hamparan tempat yang sebenarnya teramat luas bagi mereka untuk melihat keluhuran sirah Nabi yang didukung dengan bukti-bukti meyakinkan. Namun, mereka lebih memilih menjadikan tendensi pribadi, hasrat individu, dan tujuan jangka panjang para penjajah sebagai otoritas yang menentukan kebenaran sejarah dan segala hal yang berkaitan dengannya. Lebih buruk lagi, mereka juga menjadikan ketiga hal itu sebagai penentu apa saja yang dapat diterima dan disangkal dari kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.

Alhasil, sekarang kita melihat, hampir semua kejadian luar biasa yang dipaparkan secara mutawahr dalam sunah, bahkan disampaikan pula dalam Al-Qur’an, mereka takwilkan sekehendak hati.

Sebagai contoh, mereka menakwilkan serangan burung Ababil yang disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an sebagai wabah cacar

Selain itu, mereka menakwilkan peristiwa Isra yang secara eksplisit disebutkan dalam AI-Qur’an sebagai per jalanan roh Muhammad ke alam mimpi.

Mereka juga menakwilkan para malaikat yang dikirim Allah Swt. untuk membantu pasukan muslim dalam Perang Badar sebagai dukungan spiritual dari Yang Mahakuasa untuk pasukan Islam.

Masih banyak lagi interpretasi menggelikan yang mereka kemukakan. Mereka menyatakan, misi kenabian yang diemban Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, keimanan para sahabat yang suci, dan semua pembebasan yang dilakukan oleh Islam, tidak Iebih dari sebuah gerakan revolusi yang dibangun di atas latar belakang ekonomi demi mencapai kekuasaan dan sumber penghidupan. Bahkan, mereka juga menyatakan bahwa gerakan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sebenarnya hanyalah gerakan reaktif yang dilakukan kaum miskin untuk melawan kaum feodal dan para tuan tanah.

Begitulah, metode sesat yang biasanya secara khusus digunakan untuk mereinterpretasi sirah Nabi, dan secara umum diterapkan dalam penulisan ulang sejarah Islam, terbukti menjadi racun berbahaya yang tidak disadari oleh sebagian umat Islam. Sementara itu, di kalangan kaum munafik dan para pengkhianat, metode sesat ini dengan bangga dikampanyekan

Rupanya, orang-orang yang buta mata hatinya sama sekali tidak dapat melihat siasat busuk kaum penjajah. Yang didengungkan sebagai ‘gerakan reformasi keyakinan’ di tengah umat Islam itu sebenarnya adalah senjata pemusnah massal yang mereka arahkan tepat ke jantung Islam untuk menghancurkan agama agung ini sampai ke akarakarnya

Mereka rupanya juga tidak menyadari bahwa upaya menyingkirkan perkara-perkara gaib yang dinilai tidak masuk akal dari Islam sebenarnya akan menghancurkan agama yang selama ini mereka peluk. Alasannya, wahyu Ilahi yang menjadi mata air agama islam pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai hal yang juga tidak masuk akal” karena berasal dari Tuhan yang gaib. Jalan ke arah itu pun telah mereka rintis dengan membuang hal-hal adi-alami yang terdapat di dalam sirah Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. dengan dalih, tidak dapat diterima ilmu pengetahuan modern. Cepat atau lambat, mereka akan berani menolak wahyu Allah karena surga, neraka„ hari kebangkitan, dan berbagai hal adi-alami yang lain mereka anggap tidak dapat diterima pengetahuan modern.

Mereka rupanya benar benar telah lupa bahwa agama yang benar sama sekali tidak membutuhkan kebersesuaian dengan zaman yang dilalui manusia, juga sama sekali tidak membutuhkan reformasi yang menggoyahkan sendi-sendinya.

Semua itu rupanya telah hilang dari pandangan mereka. Padahal, untuk mengetahui kebenaran, sejatinya tidaklah sulit asalkan mereka bersedia menerima kebenaran itu sendiri. Akan tetapi, rupanya kemajuan dan modernisme di Eropa telah membutakan mata mereka. Mereka pun tidak lagi dapat menggunakan akal sehat, kecuali hanya sedikit. Padahal. untuk memahami hal yang mereka pelajari dibutuhkan akal sehat. Akal mereka rupanya telah benar-benar diselimuti utopia “reformasi” yang akan merekonstruksi” ajaran Islam, sebagaimana terjadi pada ajaran Kristen di Eropa.

Demikianlah penjelasan singkat di atas membuktikan bahwa soko guru dari aliran modern ini tak lain adalah penyembahan terhadap ego, alih-alih mengedepankan kebenaran ilmiah yang sejalan dengan akal sehat.

[Fiqih Sirah Bagian 6]

Fiqih Sirah Karya As-Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

Previous
Next Post »