Sesungguhnya, dari segala lintasan keburukan, yang paling lemah adalah setan, yang paling berat adalah lintasan nafsu, dan yang paling berbahaya adalah istidraj yang datang dari Allah SWT.
Pada majelis yang lalu kita sudah mengetahui bahwa lintasan keburukan adakalanya berasal dari setan, ada yang berasal dari bisikan nafsu, dan ada pula yang berasal dari Allah sebagai adzab dan istidraj (uluran kepada kebinasaan), sebagaimana firman Allah SWT, “Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”
Bagaimana lintasan keburukan datangnya dari Allah? Benar, yakni apabila seorang hamba memperlakukan Tuhannya dengan perbuatan yang merendahkan dan menghinakan perintah-perintah-Nya atau angkuh di hadapan keagungan-Nya.
Mungkin seseorang bertanya, apakah gunanya kita mengetahui segala macam keburukan? Bukankah cukup kita tahu lalu kita tinggalkan?
Ketahuilah, bila saja masalahnya hanya semudah itu, niscaya habislah kesukaran dalam masalah ini. Sesungguhnya perjalanan menuju Allah adalah perjalanan yang teramat agung, musuh-musuhmu tidak pernah rela untuk melihatmu sampai kepada Allah.
Namun, meskipun demikian, bagi setiap macam lintasan keburukan itu tersedia penangkalnya yang sesuai dengan sumbernya masing-masing. Lintasan buruk yang datang dari setan ada penangkalnya, lintasan buruk yang berasal dari nafsu ada penangkalnya, dan lintasan buruk yang datang sebagai adzab dan istidraj dari Allah pun memiliki penangkalnya.
Membedakan Sumber Lintasan Buruk
Para ulama mengatakan, ketika engkau mengetahui bahwa lintasan yang datang itu adalah lintasan keburukan, perhatikanlah, apa lintasan itu dapat dihilangkan dengan dzikir? Karena itu, ucapkanlah, misalnya a-udzu billahi minasy-syaythanir-rajim, la ilaha illallahu wahdahu la syarika lah lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadir, bismillahil-ladzi la yadhurru ma‘asmihi syay-un fil-ardhi wa la fis sama-i wa huwas-sami‘ul-‘alim, atau bershalawatlah kepada Rasulullah. Kemudian perhatikanlah, setelah engkau sibukkan dirimu dengan dzikir, apakah lintasan itu pergi dari dirimu. Apabila lintasan itu pergi darimu, sudah pasti itu datangnya dari setan.
Kemudian perhatikan lagi, apakah lintasan yang datang ke dalam hatimu itu terus-menerus dalam bentuk keburukan atau kedurhakaan dalam bentuk yang sama, atau dalam bentuk kedurhakaan yang lain pada tingkatan yang sama atau lebih besar? Misalnya, datang kepadamu satu lintasan untuk memutuskan silaturahim. Lintasan semacam ini baik, ataukah buruk? Syari’at mengatakan, itu adalah buruk.
“Kepada Fulan atau Fulanah – yang masih kerabat denganmu – aku sudah berbuat ini dan itu terhadap mereka. Di saat aku dikaruniai putra, mereka tidak datang sama sekali memberikan selamat untukku. Sudahlah! Aku tidak akan menghadiri pernikahan mereka.” Kemudian engkau sibukkan dirimu dengan dzikir kepada Allah, namun tidak juga lintasan itu pergi. Bila itu yang terjadi, ketahuilah bahwa lintasan itu tidak berasal dari setan, melainkan dari hawa nafsu.
Untuk memastikan bahwa itu datang dari setan atau hawa nafsu, coba bisikkan ke dalam hatimu lintasan keburukan yang lebih besar dari itu, misalnya, “Aku akan hadir kepada mereka, tetapi setelah itu aku akan singgah ke kafe anu untuk ini dan itu.” Bila saat itu hatimu berkata “Hadirlah ke pernikahan mereka, setelah itu pergilah ke tempat maksiat ini dan itu”, itu datang dari setan. Akan tetapi bila hatimu berkata “Tidak, aku tidak akan mendatangi mereka”, dan tetap berkata semacam itu, meskipun telah diiming-imingi dengan maksiat yang lain dan lebih besar, itu datangnya dari hawa nafsu.
Mengapa demikian, karena setan adalah musuhmu. Kepentingannya hanyalah agar engkau binasa. Ia tidak pernah peduli apakah engkau binasa dengan memutuskan silaturahim, berbuat keji, minum khamar, atau yang lainnya. Yang terpenting baginya adalah engkau binasa. Sesungguhnya bila setan tidak dapat memuaskanmu dengan satu perbuatan maksiat tertentu, dan engkau setuju dengan perbuatan maksiat yang lain, dia akan senang karenanya. Baginya, engkau harus binasa.
Bila datang kepadamu satu lintasan dan engkau tahu bahwa itu adalah keburukan, perhatikanlah, apakah lintasan itu datangnya secara tiba-tiba atau setelah engkau melakukan maksiat dan belum taubat dari maksiat itu.
Setiap kita tentu pernah melakukan maksiat, semoga Allah memelihara kita semua dari maksiat, tapi adalah musibah besar apabila seseorang melakukan maksiat namun tidak diikuti dengan taubat, tidak kembali kepada Allah, dan tidak memohon ampun kepada-Nya.
Dalam suatu riwayat disebutkan, malaikat meminta kepada Allah untuk segera mencatat kemaksiatan, maka Allah berfirman kepadanya, “Jangan terburu-buru, mudah-mudahan saja hamba-Ku akan bertaubat, mudah-mudahan hamba-Ku bertaubat dan kembali kepada-Ku.”
Maka malaikat itu pun diam beberapa saat, tidak segera mencatat maksiat itu atas si hamba.
Bukti dari riwayat ini, seseorang bila menggampang-gampangkan maksiat niscaya akan terjatuh ke dalam maksiat, kebalikan dari ia memohon ampun kepada Allah, bertaubat, memohon rahmat, maghfirah, dan ampunan. Atau, ia tertawa terhadap maksiat yang dilakukan, dan bahkan, wal ‘iyadzu billah, terkadang ia bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya. Sesungguhnya maksiat semacam ini adalah maksiat terbesar bagi para pelakunya. Seseorang berbuat maksiat pada suatu hari lalu Allah menutupi kemaksiatannya namun ia sendiri yang justru kemudian membukanya lagi, maka Allah akan mengadzabnya, wal ‘iyadzu billah, dengan melemparkan ke dalam hatinya keinginan untuk berbuat maksiat untuk kedua kalinya dan seterusnya. Mengapa? Karena ia meremehkan perkara kedurhakaan terhadap Allah SWT.
Imam Al-Ghazali berkata, “Jika engkau mendapati lintasan keburukan yang datang terus-menerus terhadap satu kemaksiatan dan ia datang kepadamu setelah engkau melakukan satu kemaksiatan yang engkau belum bertaubat darinya, ketahuilah bahwa itu adalah istidraj dari Allah SWT. Itu adalah lintasan yang paling buruk dari segala bentuk lintasan keburukan, maka segeralah kembali kepada Allah SWT, beristighfar dan mohonlah ampun kepada-Nya.”
Penangkal Lintasan Setan
Bila engkau telah mengetahui bahwa lintasan yang datang berasal dari setan, apa penangkal terhadap setan? Penangkalnya adalah dzikir. Paling ringan dan paling lemahnya lintasan keburukan adalah yang berasal dari setan. Dasar dari hal itu adalah firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya setan itu teramat lemah.” (QS An-Nisa: 76).
Perhatikanlah, bagaimana jelasnya bahwa tipu daya setan itu lemah. Yang paling lemah dari segala bentuk lintasan buruk adalah setan, dan kita pun sering kali mengaitkan segala keburukan dengan setan.
Sesungguhnya yang paling lemah dari segala lintasan keburukan adalah setan, yang paling berat dari segala lintasan keburukan adalah lintasan nafsu, dan yang paling berbahaya dari segala lintasan keburukan adalah istidraj yang datang dari Allah SWT. Perbedaan antara yang paling berat dan yang paling berbahaya adalah dari segi cara untuk mengobatinya. Disebut paling berbahaya karena Allah SWT murka, sedangkan yang satu lagi disebut paling berat karena membutuhkan kesungguhan yang nyata.
Penangkal Lintasan Nafsu
Para ulama mengatakan, nafsu itu ibarat hewan tunggangan. Hewan tunggangan seketika akan melawan dan sukar dikendalikan. Keledai, misalnya, bila sedang sukar dikendalikan, akan berhenti di tengah jalan lalu engkau pun memukulnya. Tidak bergerak juga, engkau menariknya. Tidak bergerak juga, engkau mendorongnya. Tidak bergerak juga, sampai diseret tali kekangnya. Demikianlah keledai.
Nafsu amarah itu halnya seperti keledai. Bedanya, keledai tidak tidak dibebani kewajiban, sedangkan nafsu dibebani dengan kewajiban. Oleh sebab itulah, menempatkannya lebih sukar dan lebih sulit.