Dijadikan Umat yang Adil

Di antara berbagai kekhususan umat ini (umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) ialah, bahwa mereka itu adalah umat yang adil (wasathan). Mereka men­jadi saksi atas semua manusia. Mengenai itu Allah SWT telah berfir­man:

وكذالك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا

Dan demikian pula kalian telah Kami jadikan umat yang adil, agar kalian menjadi saksi atas {perbuatan) manusia, dan Rasul (Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. (QS. Al-Baqarah: 143).

Kekhususan dan kebaikan umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dinyatakan oleh Allah SWT berkaitan dengan firman-Nya mengenai perubahan kiblat. Allah SWT berfirman:

سيقول السفهاء من الناس ما ولاهم عن قبلتهم التي كانوا عليها , قل لله المشرق والمغرب  يهدي من يشاء الى صراط مستقيم .

Orang-orang yang kurang akal (picik pikiran) di antara manusia akan berkata, “Apakah (sesungguhnya) yang membuat mereka (umat Islam) berpaling dari kiblatnya (semula Baitul-Maqdis)yang mereka dahulu ber­kiblat kepadanya.” Jawablah (hai Nabi): “Timur dan Barat adalah kepu­nyaan Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa sajayang dikehendaki-Nya ke jalan lurus.” (QS. Al-Baqarah: 142).

Setelah itu Allah SWT berfirman, “Demikian pula kalian Kami jadi­kan umat yang adil…” dan seterusnya (lihat ayat 143).

Kisah ringkasnya adalah sebagai berikut. Selama beberapa waktu tinggal di Madinah, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam menunaikan salat-salatnya selalu menghadap ke arah Baitul-Maqdis (Palestina). Selama itu beliau senantiasa berdoa, mohon kepada Allah SWT agar kiblat kaum Muslimin diarahkan ke Ka’bah, kiblat Nabi Ibrahim a.s. Permohonan beliau terka­bul, kemudian Allah SWT memerintahkan berkiblat ke Ka’bah. Ketika perubahan kiblat itu terjadi, timbul keraguan, kecurigaan, dan prasang­ka buruk di kalangan sejumlah orang dari kaum munafik, kaum yang bimbang-ragu, dan kaum kafir di kalangan Yahudi. Mereka bertanya-tanya: “Apa sesungguhnya yang membuat kaum Muslimin berubah kiblat?” Sebagai jawaban terhadap mereka Allah SWT berfirman, “(Hai Nabi), katakanlah, bahwa timur dan barat adalah kepunyaan Allah. Dia mem­beri petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya ke jalan lurus.”

Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa kepada umat Nabi Mu­hammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Dia memberi petunjuk (hidayat) ke jalan lurus. Dan Al­lah SWTjuga mengaruniai nikmat kedudukan sebagai umat yang adil (ummatan wasathan) atau umat yang berpegang pada garis yang lurus dan berada dijalan yang rata. Ummatan wasathan (berdiri di tengah) sama artinya dengan berada di atas jalan yang lurus, tidak berkelok-kelok dan jauh dari kedua ujung, yakni tidak berlebih-lebihan dan tidak pula sebaliknya. Berakhlak sedang-sedang (tengah-tengah) berarti akh­lak yang jauh dari kedua ujung tersebut, yakni lurus dan tegas.

Demikianlah pemberitahuan Alquran kepada kita mengenai haki­kat kedudukan umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam di alam dunia dan mengenai tugas-tugasnya di muka bumi. Kita diberitahu juga betapa besar kedu­dukan kita di tengah kehidupan umat manusia dan peranan kita di dalamnya yang perlu mempunyai kiblat tersendiri (khusus), mempu­nyai kepribadian tersendiri dan mempunyai personalitas (dzatiyyah) yang mandiri. Umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah umat yang adil dan yang menjadi saksi atas segenap umat manusia di dunia dan akhirat.

Di dunia, umat ini mendengar berita tentang umat-umat terdahu­lu dari dalam Kitab Sucinya, yaitu Alquran, atau dari Nabi mereka Sayyi-dina Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Karena semuanya itu mereka dapat mengerti dan mengetahui berita-berita tentang bagaimana manusia-manusia yang durhaka, yang taat, yang membenarkan agama Islam, yang mendusta­kannya, serta imbalan dan pembalasan apa yang akan diperoleh ma­sing-masing. Merekajuga mendengar dan mengetahui berita-berita ten­tang para Nabi, para Rasul, para waliyullah dan kaum shalihm (orang-orang saleh); bagaimana amal perbuatan mereka, bagaimana perjuangan mereka, bagaimana pengorbanan mereka, dan bagaimana beratnyaje-rih payah dan kesukaran-kesukaran yang telah mereka hadapi. Setelah mendengar dan mengerti tentang semua berita itu, umat ini (umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) laju menyatakan pendapatnya mengenai mere­ka, membanding-bandingkan nilai mereka, pandangan-pandangan me­reka, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan mereka, dan bagaimana syi’ar ma­sing-masing. Barulah kemudian umat ini menentukan sikapnya dan menyatakan: itu benar dan itu batil.

Adapun di akhirat kelak, bila terjadi Hari Kiamat, segenap umat manusia akan dibangkitkan dan masing-masing akan ditanya, “Apa­kah Nabi kalian sudah menyampaikan agama Allah kepada kalian?” Jika mereka menjawab “tidak”, maka Nabi yang diutus Allah SWT kepada mereka akan ditanya, “Sudahkah engkau menyampaikan kepada umatmu?” Jika Nabi itu menjawab, “Ya, sudah.” Maka ia akan ditanya lagi, “Siapakah saksinya?” Nabi itu lalu menjawab, “Nabi Muhammad dan umatnya.” Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan umatnya dipanggil lalu me­reka (umat beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) ditanya, “Benarkah beliau telah menyampaikan kepada umatnya?” Mereka menyahut, “Ya, benar”. Mereka ditanya lagi, “Dari mana kalian mengetahui hal itu?” Mereka menjawab, “Nabi kami (Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) telah datang kepada kami dan memberi tahu bahwa para Rasul (sebelum beliau) telah menyampaikan kebenaran Allah kepa­da umatnya masing-masing.” Demikianlah makna firman Allah SWT, “…. agar kalian menjadi saksi atas seluruh umat manusia.”.

[Kekhususan Umat Nabi Muhammad SAW Bagian 4]

Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani

Previous
Next Post »