Kewajiban Pemula dalam Menuntut Ilmu

Setiap orang atau kelompok orang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kuali­tas dan tingkatannya. Begitu juga setiap penuntut ilmu. Ia harus menyadari pada tingkatan mana ia berada dan apa tugas serta tanggung jawabnya sesuai dengan tingkatannya itu.

Pengarang dalam kajiannya kali ini berbicara tentang hal tersebut dengan penjelasan-penjelasan yang sangat penting untuk kita pahami. Beliau mengatakan:

Tugas keempat (penuntut ilmu): Hen­daknya ia menghindarkan diri dari men­dengarkan perselisihan-perselisih­an pen­dapat orang lain, karena sesung­guhnya hal itu mendatangkan kebim­bangan dan kebingungan. Pada awal­nya hatinya cenderung kepada apa yang disampai­kan kepadanya, khususnya hal-hal yang menghambat (yang menyebabkan tidak beraktivitas) yang cocok dengan sifat malas dan menganggur.

Penjelasan Pengasuh
Seorang yang menggeluti ilmu, baik ilmu-ilmu dunia maupun ilmu-ilmu akhirat, dan masih tergolong pemula, hendaknya menjauhkan diri dari hal tersebut, karena akan membingungkan akalnya, melemahkan pikirannya, dan membuatnya putus asa (tak berse­mangat) untuk memahami dan mene­laah ilmu. Bahkan, semestinya ia lebih dulu menetapi dengan sebaik-baiknya satu jalan terpuji yang disukai gurunya. Jadi, jangan dulu mengambil jalan lain yang mungkin juga baik dan terpuji bagi orang lain yang berbeda tingkatannya dengan dirinya tetapi tidak baik bagi dirinya atau belum saatnya ia masuki. Setelah itu, barulah ia memperhatikan atau mendengarkan berbagai pendapat dalam madzhab-madzhab.

Dan tidak diperbolehkan bagi para pemula mengikuti perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang tingkat lanjut, sehingga sebagian dari mereka (para ulama) ada yang mengatakan:
“Barang siapa mengunjungi kami saat kami sebagai pemula, ia akan menjadi seorang shiddiq; dan barangsiapa mengunjungi kami pada saat kami berada pada tingkat lanjut, ia akan menjadi seorang zindiq.”

Penjelasan Pengasuh
Sebagian orang yang lemah (rendah) pemahamannya beranggapan bahwa mengikuti apa-apa yang dilakukan orang-orang yang kuat (tinggi) pe­maha­mannya yang terkesan menggampang­kan sesuatu adalah boleh. Itu suatu ke­salahan, karena ia tidak tahu bahwa tugas-tugas orang yang kuat pema­ham­annya  berbeda dengan orang yang le­mah pemahamannya.

Karena sesungguhnya ketika mereka berada di tingkat lanjut, anggota-anggota tubuh mereka diam dari aktivitas-aktivitas kecuali yang fardhu. Dan mereka mengganti amal-amal sunnah dengan perjalanan hati dan musya­ha­dah secara terus-menerus. Orang yang lalai menganggapnya sebagai pasif dan malas. (Allah SWT berfirman), “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan.” (QS An-Naml: 88).

Penjelasan Pengasuh
Tingkatan lanjut yang dicapai sese­orang akan mengembalikan amaliah-ama­liah ke dalam bathin. Artinya, per­hatiannya akan lebih terfokus pada ma­salah menata hati. Anggota-anggota tu­buhnya lebih banyak diam dari melaku­kan berbagai amaliah kecuali hal-hal yang fardhu, sehingga orang-orang yang tak mengerti memandangnya se­bagai sikap pasif, malas, dan mengabai­kan amal.

Al-Mursyid Al-Amin - Karya Al-Ghazali
Diasuh oleh: K.H. Saifuddin Amsir
Previous
Next Post »