Pengarang mengatakan:
Tugas kelima: Janganlah ia meninggalkan suatu disiplin dari disiplin-disiplin ilmu yang terpuji melainkan ia harus menyelaminya sampai mengetahui tujuannya. Jika usianya panjang, hendaklah ia memenuhinya. Jika tidak, hendaknya ia memilih disiplin ilmu yang paling penting. Dan memilih yang terpenting itu hanya dapat dilakukan setelah menelaah keseluruhannya.
Penjelasan Pengasuh
Jika seseorang dikaruniai umur panjang hendaklah ia berusaha mendalami ilmu. Jika tidak, hendaknya ia menyibukkan diri dengan ilmu yang terpenting, sedangkan yang lainnya ia tinggalkan kecuali sekadar yang dibutuhkan. Karena, sesungguhnya ilmu-ilmu itu saling membantu dan sebagiannya terkait dengan yang lain. Setidaknya dengan mempelajari suatu ilmu seseorang terlepas dari memusuhi ilmu itu karena ketidaktahuannya.
Tugas keenam: Hendaknya ia mengarahkan perhatiannya kepada ilmu yang terpenting, yaitu ilmu mengenai akhirat, yang saya maksudkan adalah bagian muamalah dan mukasyafah; muamalah mengantarkan ke mukasyafah dan mukasyafah ialah ma’rifah atau pengetahuan tentang Allah SWT, dan ia merupakan cahaya yang Allah masukkan ke dalam qalbu yang suci karena ibadah dan mujahadah (pelakunya).
Dan itu tingkatan yang berpuncak pada tingkat iman Abu Bakar yang disebutkan di dalam sebuah hadits, “Seandainya iman seluruh penduduk bumi ditimbang dengan iman Abu Bakar, tentulah iman Abu Bakar lebih berat.” Demikian itu berkat rahasia yang telah kukuh di dalam dadanya, bukan karena kemampuan dalam menyusun argumentasi-argumentasi dan hujjah-hujjah.
Kemudian pengarang melanjutkan keterangannya dengan mengatakan:
Dan yang mengherankan ialah perihal orang yang mendengar ucapanucapan ini dari Rasulullah SAW namun pendengarannya meremehkan apa yang diucapkan oleh sebagian ulama tasawuf yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nabi SAW lalu dia menuduhnya bahwa perkataan itu termasuk bualan kaum sufi. Buanglah jauh-jauh dugaan seperti itu karena berakibat tersia-sianya modal. Dan jadilah kamu orang yang rajin untuk mengenal rahasia yang keluar dari perbendaharaan ulama fiqih dan ahli kalam, karena tiada yang dapat membimbingmu ke arah itu selain kerajinanmu menuntut (ilmu).
Perlu diketahui, ilmu yang paling mulia dan mempunyai tujuan utama adalah ma’rifah kepada Allah (mengenal Allah). Ini merupakan lautan yang dasar kedalamannya tak dapat diselami. Dan tingkatan yang paling tinggi bagi manusia dalam hal ini adalah tingkatan para nabi, lalu para wali, kemudian orang-orang yang berada di bawah mereka.
Dan sesungguhnya telah diriwayatkan bahwa pernah ada dua orang hakim yang ahli ibadah diimpikan bahwa di tangan keduanya masing-masing terdapat sebuah lembaran, di tangan salah seorang di antara mereka tertulis kalimat berikut, “Jika engkau ahli dalam segala sesuatu, janganlah engkau mengira bahwa dirimu ahli dalam segala sesuatu sebelum engkau mengenal Allah SWT, dan engkau ketahui bahwa Dialah Yang mengadakan semua penyebab dan Yang menciptakan segala sesuatu.” Sedangkan pada tangan hakim lainnya tertulis, “Dahulu sebelum aku mengenal Allah, biasa minum maupun dahaga, setelah aku mengenal-Nya, aku tidak merasakan dahaga lagi sekalipun tanpa minum.”
Tugas ketujuh: Hendaknya tujuan orang yang menuntut ilmu adalah menghiasi bathinnya dengan hal-hal yang mengantarkannya mengenal Allah SWT dan mendudukkannya di dekat golongan tertinggi dari kaum muqarrabin, dan bukan bertujuan untuk mencari kepemimpinan, harta benda, dan kedudukan.
Penjelasan Pengasuh
Tujuan menuntut ilmu pada saat sekarang (saat dilakukan) hendaknya untuk menghiasi bathinnya, memperindahkannya dengan keutamaan-keutamaan, dan untuk yang akan datang agar memiliki kedekatan kepada Allah dan naik ke tingkatan tertinggi bersama para malaikat dan kaum muqarrabin. Jangan untuk tujuan untuk kepemimpinan (agar menjadi pemimpin), harta benda, kedudukan, merendahkan orang-orang bodoh, dan berbangga-bangga diri terhadap rekan-rekan sebaya.
Kitab Al-Mursyid Al-Amin - Karya Al-Ghazali
Diasuh oleh K.H. Saifuddin Amsir