Rahasia Keindahan di Alam Raya

Allah SWT meletakkan dasar-dasar keindahan di alam raya ini, yaitu dasar-dasar yang mutlak diperlukan untuk tegaknya kehidupan. Di antara dasar-dasar itu ialah bahwa kehidupan ini tidak akan lurus kecuali bila manusia hanya makan dari hasil jerih payah pekerjaannya sendiri. Rasul Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:

ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده,وأنَ نبي الله داود كان يأكل من عمل يده

"Tidak ada seorangpun memakan makanan yang lebih baik dari pada memakan makanan hasil dari usaha tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud adalah memakan makanan dari hasil tangannya sendiri.".

Islam melarang memberikan upah kepada se­seorang tanpa kerja. Konon ada ungkapan yang mengatakan:

“Jika sekiranya tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan, maka hendaklah orang-orang itu diperintahkan menggali sumur kemudian mereka disuruh menguruknya kembali.".

Dari segi logika memang pekerjaan model itu tidaklah fair. Bagaimana manusia disuruh menggali sumur lalu disuruh menguruknya kembali?

Kami katakan bahwa hal itu dimaksudkan agar manusia tidak memungut bayaran upah tanpa diimbangi kerja. Karena jika manusia terbiasa mendapatkan upah tanpa kerja, maka konsekuensinya akan terbentuk masyarakat pengangguran yang mengharapkan bayaran tanpa mau bekerja. Akibatnya hilanglah keindahan di alam raya ini dan tersebarlah kerusakan di dalamnya.

Termasuk keindahan di alam raya ini ialah bahwa Allah SWT mengharamkan makan harta manusia dengan cara yang tidak sah. Firman Allah SWT:

ولا تأكلوا اموالكم بينكم با لباطل وتدلوا بها إلى الحكام لتأكلوا فريقا من اموال الناس با لإثم وأنتم تعلمون

(Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil. Dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu dengan cara berbuat dosa, padahal kamu mengerti). Qs Al-Baqarah : 188

Jika anda misalnya memakan harta saya secara tidak sah, berarti anda menghalangi saya dari hasil pekerjaan saya sendiri. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya saya mogok kerja saja. Selagi saya bekerja tetapi saya menderita, sementara anda tidak bekerja tetapi anda bisa mengambil hasil pekerjaan saya, lalu untuk apa saya bekerja? Jadi, dengan anda memakan harta orang lain secara tidak sah, seakan-akan anda menghapus keindahan dalam alam raya ini. Oleh sebab itu, hendaklah setiap orang mengambil hasil usahanya sendiri, supaya ia terpacu untuk terus bekerja demi terciptanya kemajuan dalam kehidupan.

Demikianlah kita lihat cara Allah SWT menciptakan keindahan di alam raya ini. Hanya manusialah yang datang untuk merusaknya. Maka hilanglah kebaikan dan datanglah kesengsaraan dan keburukan.

Allah SWT menciptakan masyarakat lengkap dengan rezekinya. Masing-masing kita diberi oleh-Nya bakat yang tidak diberikan kepada lainnya. Dia menghendaki agar si A unggul dalam tehnik, si B unggul dalam kedokteran dan si C unggul dalam salah satu industri. Setiap orang unggul dalam suatu bidang, tapi diungguli dalam bidang-bidang yang lain. Realitas ini sejalan dengan firman Allah SWT:

أنظر كيف فضلنا بعضهم على البعض

(perhatikanlah bagaimana Kami unggulkan sebagian dori mereka atas sebagian yang lain).Q.s: Al-Isra : 21

Allah SWT tidak menjelaskan siapakah sebagian yang diunggulkan? dan siapakah sebagian lainnya yang diungguli itu? Mengapa demikian? Sebab masing-masing di antara kita adalah unggul dalam suatu bidang, dan diungguli dalam bidang yang lain.

Seorang arsitek bisa dikatakan ulung, tetapi ia tetap membutuhkan orang lain yang mensuplai kebutuhan pokoknya, berupa makanan, minuman, pakaian dan lain-lain. Jadi, ia unggul dalam salah satu cabang kehidupan, tetapi ia diungguli oleh yang lain dalam beberapa segi kehidupan lainnya.

Seorang dokter pandai, dirinya unggul di bidang kedokteran, tetapi la membutuhkan seorang arsitek yang akan membangunkan apartemen untuk tempat tinggalnya, membutuhkan orang yang membuatkan pakaian yang ia pakai, membutuhkan pula orang yang bertani dan menyiapkan makanan baginya.

Seorang pembuat pakaian hebat di bidangnya, tetapi   ia   membutuhkan   seorang   dokter yang akan mengobatinya, membutuhkan seorang ahli bangunan yang membangunkan rumah untuknya, membutuhkan seorang petani yang menanam gan­dum untuk makanannya.

Jadi, masing-masing kita memang diunggulkan dalam satu sisi, dan diungguli dalam beberapa sisi lainnya. Sampaipun tukang kebersihan jalan raya yang mengangkut sampah dari apartemen-apartemen dan gedung-gedung, kita membutuhkannya dari sisi ini. Sebab jika kita biarkan kotoran sampah menumpuk begitu saja, niscaya tersebar luas penyakit dan bak­teri, memenuhi semua tempat. Maka ia diunggulkan di atas kita dalam bidang kebersihan ini. Termasuk juga buruh yang bekerja membersihkan saluran air pembuangan dan kotoran got septiteng, ia diunggulkan dari segi ini. Sebab seandainya ia meninggalkan pekerjaannya, pastilah jalan-jalan raya penuh dengan air pembuangan limbah, sehingga kehidupan kita menjadi sulit.

Maka, janganlah anda meremehkan suatu pekerjaan, atau anda katakan, Saya lebih unggul dari pada orang itu, karena ia hanya sebagai buruh got pembuangan air limbah, sedangkan saya seorang dokter atau arsitek. Sebab ia di bidangnya tetap diunggulkan dari pada anda. Anda membutuhkan keberadaannya secara otomatis, karena masyarakat tidak mungkin akan utuh dan terpadu menjadi satu kecuali dengan keberadaan kita semua, mulai dari profesi paling rendah hingga profesi tertinggi.

Agar masyarakat bekerjasama secara sinergis demi pertumbuhan dan kehidupan bersama yang lebih baik, maka Allah SWT mengikat bagi masing-masing individu dengan rezeki, supaya setiap orang mau bekerja dengan senang hati untuk mendapatkan rezekinya dan rezeki anak-anaknya. Bahkan rela mencarai pekerjaan guna mendapatkan rezekinya. Ini merupakan keharusan sebagai dasar keindahan di alam raya. Sebab, jika kita semua menjadi dokter atau arsitek, siapakah yang menyiapkan roti untuk kita makan setiap pagi? Siapakah yang memebersikan jalan-jalan? Siapakah yang bekerja di gorong-gorong, saluran air pembuangan limbah dan lain-lain?

Masyarakat yang tidak dibangun di atas dasar saling melengkapi di antara individu-individunya akan rusak. Tidak mungkin bisa terus bertahan hidup. Tuhan menghendaki agar setiap individu unggul dalam suatu bidang yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan agar kehidupan bisa berjalan dengan baik.

Inilah sebuah preambul yang harus dipaparkan untuk menguak rahasia keindahan di alam raya ini. Allah SWT menciptakan alam raya penuh keindahan, sebagaimana Dia menciptakannya penuh kebaikan. Tetapi ia menjadi rusak karena manusia yang diberi kebebasan memilih apa yang diperintah atau apa yang dilarang. Itulah sebabnya la merusak alam raya dengan asumsi bahwa ia mengadakan perbaikan di dalamnya. Firman Allah SWT:

وإذا قيل لهم لاتفسدوا فى الأرض قالوا إنما نحن مصلحون ألا انهم هم المفسدون ولكن لا يشعرون

 (Dan bila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar). Qs Al-Baqarah : 11-12

Allah SWT menciptakan alam raya ini di atas dasar-dasar yang benar dan aman yang dapat menjamin kehidupan serba baik bagi semua makhluk-Nya. Seandainya manusia memperlakukan alam raya ini sesuai dengan ajaran Allah, baik dalam penciptaan maupun fungsi kegunaannya, niscaya tidak dite­mukan keburukan dan kesengsaraan dalam alam ini. Sebab segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah dasar-dasar keindahan padanya yang dapat melindunginya dan membuatnya berfungsi dengan baik tanpa membutuhkan pemikiran manusia untuk mengubahnya atau menggantikannya.

Keburukan di alam raya ini tidak datang dari asal penciptaan, bukan pula dari dasar-dasar yang ditetapkan pada penciptaan, tetapi campur tangan manusialah yang telah merusaknya. Alam raya ini dari segi penciptaannya sangat tinggi daya kreasinya, la dapat menjalankan tugas sesuai fungsinya yang dikehendaki Allah, dengan harmonis dan selaras, jauh dari hal-hal yang merusak dan mendatangkan penyakit di dalamnya.

Kemudian manusia, karena ia menjauhi ketentuan hukum Allah, maka datanglah berbagai penyakit dan gangguan di masyarakat, datanglah kesengsaraan dan keburukan. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus para Rasul membawa hukum-hukum Allah untuk memulihkan kembali keharmonisan dan keindahan alam raya ini.

Ketika kita baca firman Allah dalam Al-Quran:

وننزَل من القرأن ماهو شفاء ورحمة اللمؤمنين

(Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman). Qs Al-lsra : 82

Tahulah kita bahwa tujuan pertama Al-Quran diturunkan adalah untuk mengobati penyakit kronis yang menjangkiti masyarakat akibat mereka jauh dari ketentuan hukum Allah. Ketika mereka sembuh dari penyakit yang menyengsarakannya, datanglah rahmat Allah berkat mereka mengikuti ketentuan hukum-Nya. Maka hilanglah penyakit-penyakit itu dan tidaklah kambuh menyengsarakan mereka untuk yang kedua kalinya.

Allah SWT mengadakan dan membentuk alam raya ini di atas aturan-aturan dan undang-undang yang menjadikan kecantikan sebagai sifat dasarnya. Tetapi manusialah yang lantaran ia diberi kebebasan bergerak memilih lalu ia mencampuri urusan alam raya dengan merusaknya. Dengan kebebasan me­milih, manusia dapat memilih suatu pilihan yang tidak sejalan dengan tujuan yang Allah maksudkan secara sah dalam alam raya. Dari sinilah datangnya keburukan, dan dari sinilah datangnya kerusakan.

Yang mengherankan ialah bahwa manusia itu mengaku dirinya berbuat kebaikan di alam raya ini padahal ia berbuat kerusakan, tetapi sewaktu-waktu ja merasakan kesengsaraan dan menanggung derita keburukan dengan berbagai macam kesakitan dan kelelahan yang ditimbulkannya, pastilah ia akan kembali mengikuti aturan hukum Allah sebagai undang-undang keindahan di alam raya ciptaan-Nya, hanya saja kembalinya ke jalan Allah itu bukan berkat dorongan keimanan, akan tetapi semata-mata karena keterpaksaan. Sebab, kehidupan tidaklah mungkin bisa terus berjalan kecuali dengan aturan dan ketentuan hukum yang ditetapkan Allah SWT.

Kita dengan sangat menyesal mendatangkan dari masyarakat yang tidak beriman sesuatu yang merusak kehidupan masyarakat kita sendiri, dan kita tinggalkan sistem hukum Allah yang merupakan satu-satunya aturan yang dapat memperbaiki segala urusan kita. Kini masyarakat kita mulai kembali secara terpaksa kepada sistem hukum Penciptanya, setelah terbukti pada akhirnya bahwa kehidupan tidak mungkin bisa lurus kecuali dengan sistem hukum dari langit, baik mereka menerapkannya atas dorongan keimanan atau tidak, karena memang penderitaan dan kesengsaraan dalam kehidupan ini tidaklah mungkin hilang kecuali dengan menerapkan sistem hukum langit.

Al Khoir wa Syar karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Previous
Next Post »